Oleh: Nerius Prayogi Romario
Mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di kampus, perasaan campur aduk antara antusias dan cemas selalu menghampiri setiap mahasiswa baru. Gedung-gedung yang besar, wajah-wajah baru, dan rutinitas perkuliahan yang belum familiar membuat hari-hari awal kuliah saya terasa begitu menegangkan. Di tengah suasana yang serba baru ini, saya merasa perlu mencari kegiatan yang bisa mengisi waktu luang di antara jadwal kuliah yang tidak terlalu padat.
Menemukan Pengisi Waktu Luang, Menemukan Lebih dari yang Diharapkan
Awalnya, niat bergabung dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Katolik (UKMK) sangatlah sederhana. Saya hanya ingin mengisi kekosongan waktu saat tidak ada perkuliahan. Seperti kebanyakan mahasiswa baru, saya merasa waktu luang yang banyak akan terasa sia-sia jika tidak dimanfaatkan untuk kegiatan yang bermanfaat. UKMK tampak menjadi pilihan yang tepat karena selain sejalan dengan latar belakang keyakinan saya, organisasi ini juga menawarkan berbagai kegiatan yang menarik.
Namun, setelah mengikuti beberapa pertemuan rutin dan kegiatan UKMK, saya mulai menyadari bahwa yang saya temukan jauh lebih berharga dari sekadar pengisi waktu luang. Para anggota UKMK tidak hanya menjadi teman organisasi biasa, tetapi mereka hadir dengan kehangatan yang tulus dan rasa kepedulian yang mendalam.
Kehangatan yang Tak Terduga
Hari-hari pertama di kampus memang terasa asing dan menegangkan. Ruang kelas yang besar dengan ratusan mahasiswa membuat saya merasa seperti setetes air di lautan luas. Interaksi dengan dosen pun masih terbatas pada sapaan formal dan pertanyaan akademis. Di sinilah UKMK mulai mengubah perspektif saya tentang kehidupan kampus.
Dalam setiap pertemuan UKMK, saya merasakan suasana yang berbeda. Ada diskusi-diskusi ringan yang mengalir natural, canda tawa yang lepas, dan yang paling berkesan adalah bagaimana setiap anggota saling menanyakan kabar dengan tulus. Tidak ada formalitas berlebihan atau jarak sosial seperti yang sering saya rasakan di lingkungan akademis. Semua terasa begitu hangat dan bersahabat.
Dari “Orang Asing” Menjadi “Keluarga”
Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa UKMK telah menjadi lebih dari sekadar organisasi kemahasiswaan. Ketika saya mengalami kesulitan dalam mata kuliah tertentu, mereka yang lebih senior dengan senang hati berbagi tips dan bahkan membantu menjelaskan materi yang sulit dipahami. Saat rasa rindu saya muncul baik kepada teman-teman maupun rindu keluarga di rumah, teman-teman UKMK selalu siap mendengarkan dan memberikan dukungan moral.
Yang paling membekas adalah ketika saya jatuh sakit dan tidak bisa mengikuti perkuliahan selama beberapa hari. Tanpa diminta, beberapa anggota UKMK secara bergantian menjenguk saya. Momen tersebut membuat saya benar-benar merasakan bahwa saya tidak sendirian di kampus yang besar ini.
Keluarga Kedua di Tanah Rantau
Bagi mahasiswa yang merantau seperti saya, kehadiran UKMK sebagai keluarga kedua sangatlah berarti. Mereka tidak hanya menjadi teman berbagi dalam suka duka perkuliahan, tetapi juga partner dalam menjalani kehidupan sehari-hari di kota yang masih asing. Dari mulai berbagi informasi tempat makan yang enak dan murah, tips hemat untuk anak kos, hingga saling mengingatkan deadline tugas dan jadwal ujian.
Kebersamaan dalam UKMK juga diwarnai dengan kegiatan-kegiatan spiritual yang memperkuat ikatan persaudaraan. Doa bersama, kegiatan natal dan paskah , dan bahkan rekreasi/retret menjadi momen-momen yang memperdalam hubungan antaranggota. Kami tidak hanya saling mengenal secara surface level, tetapi benar-benar memahami karakter, mimpi, dan perjuangan masing-masing.
Pelajaran Berharga Tentang Komunitas
Pengalaman di UKMK mengajarkan saya bahwa komunitas yang baik tidak dibangun atas dasar kepentingan semata, tetapi atas dasar kepedulian dan kasih yang tulus. Ketika seseorang bergabung dengan niat mencari manfaat untuk diri sendiri, tetapi kemudian menemukan kebahagiaan dalam berbagi dan peduli kepada sesama, itulah saat komunitas tersebut berhasil menjalankan misinya dengan baik.
Saya belajar bahwa keluarga tidak selalu terbentuk dari ikatan darah, tetapi bisa juga terbentuk dari ikatan hati dan pengalaman bersama. UKMK telah membuktikan bahwa sebuah organisasi kemahasiswaan bisa menjadi rumah kedua bagi para anggotanya, tempat mereka merasa diterima, dihargai, dan dicintai apa adanya.
Penutup
Melihat ke belakang, saya sangat bersyukur telah memutuskan untuk bergabung dengan UKMK. Apa yang awalnya saya cari sebagai pengisi waktu luang, ternyata menjadi salah satu bagian paling berharga dalam perjalanan kuliah saya. UKMK tidak hanya membentuk saya menjadi mahasiswa yang lebih aktif, tetapi juga pribadi yang lebih peduli dan empati terhadap sesama.
Harapan saya, UKMK akan terus menjadi keluarga bagi setiap anggotanya, terutama bagi mahasiswa-mahasiswa baru yang mungkin sedang merasakan apa yang pernah saya rasakan dulu. Semoga kehangatan dan kebersamaan yang telah saya rasakan ini bisa terus diwariskan kepada generasi-generasi selanjutnya, sehingga tidak ada lagi mahasiswa yang merasa sendirian di tengah hiruk pikuk kehidupan kampus.
UKMK telah mengajarkan saya bahwa terkadang hal terbaik dalam hidup datang saat kita tidak mengharapkannya. Saya datang mencari aktivitas, tetapi menemukan keluarga. Dan itu adalah hadiah terbesar yang bisa saya terima selama menjalani masa perkuliahan.
Facebook Comments